Kamis, 18 September 2008

Alhmd..dapet Tag Pertama

Bismillaahirrohmaanirrohim..

Alhmd, ulya dapet tag dari kaka malena . Makasi ya, kakak.




didukung oleh : antownholic.com, dee-adp.blogspot.com, pencakarlangit.blogspot.com, questionquince.blogspot.com, dessycherrypone.blogspot.com, greicheanwar.blogspot.com, raygatrasadi.blogspot.com, keiraadzra.blogspot.com, nadhiramalena.blogspot.com, bundadanulya.blogspot.com

1. Copy gambar diatas lalu posting di blogmu
2. Lanjutkan tag ini minimal ke 5 blogger muslim yang kamu kenal. Jangan lupa tinggalkan komentar pada blog mereka ya.
3. Tulis alamat blogmu (dibawah gambar) setelah alamat blog pemberi tag.

Tag selanjutnya diserahkan kepada :
1. Ammah Weni , semoga semakin rajin ngeblog nya ;
2. Fariha , selamat lebaran di kalimantan ;
3. Ammah Mei , met jago warnet b ;
4. Ibu Indah , barakallah milad pernikahnnya ;

Mohon diterima ya tag nya..

Selasa, 09 September 2008

If We Having 4 Wives

Dahulu kala...

Ada seorang raja yang mempunyai 4 isteri.

Raja ini sangat mencintai isteri keempatnya dan selalu menghadiahkannya pakaian-pakaian yang mahal dan memberinya makanan yang paling enak. Hanya yang terbaik yang akan diberikan kepada sang isteri.

Dia juga sangat memuja isteri ketiganya dan selalu memamerkannya ke pejabat-pejabat kerajaan tetangga. Itu karena dia takut suatu saat nanti, isteri ketiganya ini akan meninggalkannya.

Sang raja juga menyayangi isteri keduanya. Karena isterinya yang satu ini merupakan tempat curahan hatinya, yang akan selalu ramah, peduli dan sabar terhadapnya. Pada saat sang raja menghadapi suatu masalah, dia akan mengungkapkan isi hatinya hanya pada isteri ketiga karena dia bisa membantunya melalui masa-masa sulit itu.

Isteri pertama raja adalah pasangan yang sangat setia dan telah memberikan kontribusi yang besar dalam pemeliharaan kekayaannya maupun untuk kerajaannya. Akan tetapi, si raja tidak peduli terhadap isteri pertamanya ini meskipun sang isteri begitu mencintainya, tetap saja sulit bagi sang raja untuk memperhatikan isterinya itu.

Hingga suatu hari, sang raja jatuh sakit dan dia sadar bahwa kematiannya sudah dekat.

Sambil merenungi kehidupannya yang sangat mewah itu, sang raja lalu berpikir, "Saat ini aku memiliki 4 isteri disampingku, tapi ketika aku pergi, mungkin aku akan sendiri".

Lalu, bertanyalah ia pada isteri keempatnya, "Sampai saat ini, aku paling mencintaimu, aku sudah menghadiahkanmu pakaian-pakaian yang paling indah dan memberi perhatian yang sangat besar hanya untukmu. Sekarang aku sekarat, apakah kau akan mengikuti dan tetap menemaniku?"

"Tidak akan!" balas si isteri keempat itu, ia pun pergi tanpa mengatakan apapun lagi.

Jawaban isterinya itu bagaikan pisau yang begitu tepat menusuk jantungnya.

Raja yang sedih itu kemudian berkata pada isteri ketiganya, "Aku sangat memujamu dengan seluruh jiwaku. Sekarang aku sekarat, apakah kau tetap mengikuti dan selalu bersamaku?"

"Tidak!" sahut sang isteri. "Hidup ini begitu indah! Saat kau meninggal, akupun akan menikah kembali!"

Perasaan sang rajapun hampa dan membeku.

Beberapa saat kemudian, sang raja bertanya pada isteri keduanya, " Selama ini, bila aku membutuhkanmu, kau selalu ada untukku. Jika nanti aku meninggal, apakah kau akan mengikuti dan terus disampingku?"

"Maafkan aku, untuk kali ini aku tidak bisa memenuhi permintaaanmu!" jawab isteri keduanya. "Yang bisa aku lakukan, hanyalah ikut menemanimu menuju pemakamanmu."

Lagi-lagi, jawaban si isteri bagaikan petir yang menyambar dan menghancurkan hatinya.

Tiba-tiba, sebuah suara berkata:

"Aku akan bersamamu dan menemanimu kemanapun kau pergi." Sang raja menolehkan kepalanya mencari-cari siapa yang berbicara dan terlihatlah olehnya isteri pertamanya. Dia kelihatan begitu kurus, seperti menderita kekurangan gizi.

Dengan penyesalan yang sangat mendalam kesedihan yang amat sangat, sang raja berkata sendu, "Seharusnya aku lebih memperhatikanmu saat aku masih punya banyak kesempatan!"

Dalam realitanya, sesungguhnya kita semua mempunyai '4 isteri' dalam hidup kita....

'Isteri keempat' kita adalah tubuh kita. Tidak peduli berapa banyak waktu dan usaha yang kita habiskan untuk membuatnya terlihat bagus, tetap saja dia akan meninggalkan kita saat kita meninggal.

Kemudian 'Isteri ketiga' kita adalah ambisi, kedudukan dan kekayaan kita.
Saat kita meninggal, semua itu pasti akan jatuh ke tangan orang lain.

Sedangkan 'isteri kedua' kita adalah keluarga dan teman-teman kita. Tak peduli berapa lama waktu yang sudah dihabiskan bersama kita, tetap saja mereka hanya bisa menemani dan mengiringi kita hingga ke pemakaman.

Dan akhirnya 'isteri pertama' kita adalah jiwa, roh, iman kita,

yang sering terabaikan karena sibuk memburu kekayaan, kekuasaan, dan kepuasan nafsu.
Padahal, jiwa, roh, atau iman inilah yang akan mengikuti kita kemanapun kita pergi.

Jadi perhatikan, tanamkan dan simpan baik-baik dalam hatimu sekarang!
Hanya inilah hal terbaik yang bisa kau tunjukkan pada dunia.

Bunda dan Ulya

Rabu, 03 September 2008

Sebuah Jalan Yang Ditempuh Cinta

Bismillahirrohmaanirrohim

Apa jadinya ketika sepasang suami istri berbudi menjodohkan masing-masing sahabat mereka yang belum pernah saling mengenal, memiliki karakter berlawanan serta kultur yang begitu berbeda?
“Mereka akan menjadi pasangan yang hebat!” kata sang istri. Sambil mempromosikan gadis berjilbab sahabatnya.
“Sangat menarik dan akan saling melengkapi!” tutur si suami sambil dengan semangat menceritakan tentang jaka yang saleh, sahabatnya.
“Jika Allah mengizinkan, mereka akan menjadi pasangan yang cocok!”

Gadis dan jaka sama-sama kuliah di UI, namun berbeda fakultas. Mereka sama-sama aktif dalam kegiatan kerohanian Islam. Dua kali pasangan suami istri sahabat mereka itu mencoba mempertemukan jaka dan gadis dalam satu forum. Namun saat Jaka datang, si gadis tiba-tiba berhalangan. Ketika gadis hadir, si jaka yang tak bisa. Akhirnya sepasang suami istri tersebut mencoba mengatur pertemuan ketiga sambil memberikan data “orang” yang ingin mereka perkenalkan masing-masing pada jaka dan si gadis— secara sendiri-sendiri.

Di kamar kos-nya gadis melihat data-data si jaka dan fotonya. Ini yang mau diperkenalkan itu…dan diharap oleh sahabatnya bisa menjadi pasangan hidup abadi si gadis? Priyayi Solo? Bagaimana cara berbicara yang dianggap santun oleh orang Solo? Si gadis geleng-geleng kepala. Jangankan menjadi istri, bisa-bisa dia kabur melihat gaya bicaraku…


Dalam kamar kos yang lain, di seberang gang kober, jaka tertegun. Sudah lumayan sering aku mendengar kiprah gadis itu di kampus dan majalah. Tapi apa tak salah? Si kelahiran Medan ini punya penyakit begitu banyak? Jantung, pernah gegar otak, paru-paru, kelenjar getah bening? Waduh, bagaimana bila “si penyakitan” ini kelak menjadi istrinya? Tapi prestasinya lumayan…rekomendasi dari sahabatku bukan sembarangan.


Tak dinyana, sebelum sempat diadakan ta’aruf, dalam salah satu forum di universitas, jaka dan gadis bertemu. Apa yang terjadi dalam diskusi pagi itu?

Sebuah perdebatan yang panjang. Cara pandang yang begitu berbeda. Dan tiba-tiba pagi di UI menjadi tak cerah.
Pria yang membosankan dan keras kepala, pikir si gadis.
Dasar keras hati! Belum ada perempuan yang berbicara menentangku seperti
gadis ini! Pikir si jaka.
Lelaki seperti ini yang ingin diperkenalkan padaku? Si gadis nyengir. Dia akan kapok denganku dan segera melupakan langkah lanjut perkenalan kami…

Si jaka tak kalah gerah. Perempuan seperti ini? Aku selalu berpikir perempuan adalah kelembutan, kematangan, kepatuhan…, pikir si jaka. Tapi ini?

Sepanjang forum kata-kata berseliweran dalam ruangan itu, terutama dari mulut gadis dan jaka tersebut. Forum tersebut bukan tak penting, sebab mereka dan semua teman yang hadir pada saat itu tengah membicarakan suksesi kepemimpinan mahasiswa di universitas mereka.

“Menurut saya tidak bisa seperti itu!”

“Mengapa tidak? Menurut saya yang demikian yang paling mungkin!”
“Tidak bisa! Karena….”
“Bisa! Karena….

Setelah perundingan yang melelahkan, akhirnya dicapai kesepakatan. Sebuah kesepakatan yang didapat dengan catatan.
Ini mungkin pertama dan terakhir kali kami bertemu dan berbicang, pikir si gadis. Dia pasti kapok dan tak ingin mengenalku lebih dalam. Tapi tak apa, setidaknya aku tak berpura-pura membuat ia terkesan….

Jaka resah. Gadis seperti ini? Entahlah. Keras kepala,penyakitan pula! Apa harus diteruskan?

Tak pernah ada perkenalan yang direncanakan lagi setelah itu. Kelihatannya mereka memang tak cocok dan mungkin akan saling melupakan.

Namun tak lama kemudian, pada suatu pagi, seseorang datang ke tempat gadis dan berkata: “Saya sudah istikharah dan kamu selalu muncul. Bersediakah?” (lupakan ia penyakitan, ia baik untuk menjadi istriku. Allah menunjukkannya!)

Gadis tak mengerti. Dia diam. Apa yang dilihat lelaki muda itu dari dirinya? Tak cantik. Tak kaya. Tak terlalu cerdas. Sangat biasa. Pernah “bertengkar” pada pertemuan pertama pula. Apa? Apa yang dilihat lelaki itu? Pilihan yang tak lazim…
Gadis pun memilih istikharah sebelum menjawab.

Sesuatu yang menakjubkan dan tak terduga muncul! Seperti ada yang membimbing ketika si gadis berkata “Ya”.

Sebulan kemudian, jaka melamar gadis. Dan hanya diperlukan waktu sebulan lagi sebelum kemudian jaka dan gadis menikah! Sungguh akhir yang tak terduga!

Sebuah pernikahan berlangsung sederhana namun meriah, di Jakarta. Banyak sekali saudara dan sahabat yang hadir. Mereka bertanya-tanya, bagaimana dua pasangan ini bisa bertemu?

Pada malam pertama gadis dan jaka berbicara hingga dinihari, shalat malam dan tilawah bersama.

“Jadi bagaimana sampai bisa kamu punya penyakit sebanyak itu?” tanya jaka pada istrinya tiba-tiba.

“Apa, Mas? Penyakit? Maaf, penyakit apa ya?” gadis balik bertanya.
“Jantung, gegar otak, paru-paru, kelenjar getah bening, ….”
“Apa?” gadis bingung.
“Mas baca di datamu. Data yang diberikan oleh sahabat kita itu! Tapi Mas sudah ikhlas kok menerima dengan segala kelebihan dan kekurangan. Semoga kamu juga begitu ya….”
Gadis ternganga. Penyakit?
“Mas, aku nggak punya penyakit seperti itu. Paling-paling cuma mag…,” gadis nyengir lagi.

Jaka terkejut sekali. Tak lama wajahnya berseri-seri. “Alhamdulillah” (ia ingat, ia sudah mengambil resiko untuk memilih gadis yang keras kepala itu, meski ia “penyakitan,” meski orangtuanya sangat keberatan dengan ragam penyakit calon menantu mereka). Mata jaka berkaca.
Allah Maha Besar! Allah Maha Besar!

Malam itu si gadis menyempatkan diri mengirim pesan via pager pada sahabat perempuan yang sangat disayanginya: Mbak sayang, datanya ketuker ya? Or salah tulis soal penyakit? Hebat dia masih maju terus! Aku tahu dia memang bukan lelaki biasa!


Bulan bahkan sudah tidur sejak tadi. Tapi jaka dan gadis seperti tak ingin memejamkan mata. Mereka tak berhenti menatap satu sama lain; sebuah pesona yang lama dinanti, hadir dari lintasan misteri, menerpa hati dan wajah mereka. Menyala. Ini cinta? Atau belum lagi sampai pada cinta? Apapun itu, mereka percaya, kebaikan menumbuhkan cinta; keindahan yang tangguh. Dan pacaran sesudah menikah? Hmm mungkin itu kenikmatan berlimpah berikutnya.


Subuh pun hadir membasuh kembali wajah mereka. Suara adzan terdengar menggetarkan. Jaka dan gadis sadar, telah mereka genggam anugerah tak terkata itu: bertemu dengan pasangan jiwa yang sudah dituliskan Illahi.

Kini telah lebih dari sepuluh tahun, cinta menemukan dan menempuh jalannya.
Semoga abadi!
Percayalah…pilihan Allah itu tepat,Apa yang terbaik buat kita belum tentu terbaik menurut Allah dan apa yang buruk buat kita belum tentu buruk menurut Allah.

Bunda dan Ulya